KESEHATAN BATIN/JIWA
HASMI SEPTIANI
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2014
Sebelum menelaah tentang kesehatan batin, terlebih
dahulu kita mengehtahui defenisi sehat dan batin itu sendiri.
a.
Definisi Kesehatan
Menurut pandangan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization-WHO) batasan
sehat adalah “suatu keadaan berupa kesejahteraan fisik, mental dan sosial
secara penuh dan bukan semata-mata
berupa tidak adanya penyakit atau keadaan lemah tertentu”.
Sedangkan menurut UU No. 3 tahun 1996 tentang kesehatan. Kesehatan adalah keadaan
sejahtera dari fisik, mental dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomi.
Dari dua defenisi diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa untuk dikatakan sehat, seseorang harus berada pada suatu kondisi fisik,
mental dan sosial yang bebas dari gangguan, seperti penyakit atau perasaan
tertekan yang memungkinkan seseorang tersebut untuk hidup produktif dan
mengendalikan stress yang terjadi sehari-hari serta berhubungan sosial secara
nyaman dan berkualitas.
b.
Definisi Jiwa
Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, batin adalah adalah dalam hati, perasaan hati
(jiwa), rohani. Sedangkan, jiwa adalah roh manusia, roh yang ada dikehidupan
batin manusia kejiwaan, seutuhnya yang terjadi dari perasaan batin, pikiran, angan-angan
dan sebagaianya. Maka jelalah bahwa kata batin dan jiwa itu memiliki makna yang
sama namun berbeda secara kata.
Sebelum membahas pengertian jiwa selain yang diatas,
mari kita lihat referensi utama Al-Qur’anul Karim tentang jiwa. Pada surat
Az-Zumar 42 diterangkan, “Sesungguhnhya
Allah mematikan mematikan mausia diwaktu ia meninggal dunia d[2]an menonaktifkan
jiwanya waktu ia tidur. Maka jiwa (roh) yang sudah wafat ditahan-Nya. Dan jiwa
(roh y[3]ang dinonaktifkan-Nya
waktu ia tidur) dikembalikan-Nya (tatkala ia sudah bangun) sampai waktu yang
ditentukan (sampai dating saat kematiaannya). Sesungguhnya yang demikian
menjadi tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kamu yang berpikir.”
Kodrat atau fitrah manusia adalah rohani-jasmani,
jiwa-raga, sukma-tubuh, psikis-fisik. Dengan kodrat manusia yang rohaniah
menyebabkan manusia itu berpikir, mengerti dan memahami segala sesuatu yang ada
atau yang mungkin tidak ada.
Perbedaan antara jasad yang hidup dan jasad yang
mati terletak pada ada atau tidaknya zat penyebab hidup itu yang terdapat di
dalam jasad makhluk yang bersangkutan. Zat penyebab hidup itulah yang kita
kenal sebagai roh/jiwa (Salam,1998:48)
Jiwa berfungsi untuk hal-hal psikis, seperti sedih,
benci, khawatir, cemburu, senang, dan sifat-sifat sejenis itu.
c.
Definisi Kesehatan Jiwa
Kesehatan jiwa adalah suatu bagian yang tidak
terpisahkan dari kesehatan atau bagian integral dan merupakan unsur utama dalam
menunjang terwujudnya kualitas hidup manusia yang utuh.
1.
[4]Menurut WHO, kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada
gangguan jiwa, melainkan mengandung berbagai karakteristik yang positif yang
menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan
kedewasaan kepribadiannya.
2.
Menurut UU
Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun 1996, kesehatan jiwa adalah kondisi yang
memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional secara optimal dari
seseorang dan perkembangan ini berjalan selaras dengan orang lain.
Senada dengan itu pakar lain mengatakan bahwa
kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi mental yang sejahtera (mental wellbeing) yang memungkinkan
hidup harmonis dan produktif, sebagai bagian yang utuh dan kualitas hidup
seseorang dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia.
Dengan kata lain, kesehatan jiwa bukan sekedar
terbebas dari gangguan jiwa, tetapi merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh
semua orang, mempunyai perasaan sehat dan bahagia serta mampu menghadapi
tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya dan mempunyai
sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain.
B.
CIRI-CIRI ORANG YANG SEHAT JIWA
Ciri-ciri orang yang sehat jiwa menurut Departemen
Kesehatan (2003), yaitu :
1.
Merasa nyaman terhadap dirinya
a.
Mampu menghadapi
berbagai perasaan, seperti rasa marah, takut, cemas, rasa bersalah, iri, rasa
senang dan lain-lain
b.
Mampu mengatasi
kekecawaan dalam kehidupan
2.
Mampu nyaman berkomunikasi dengan orang lain
a)
Mampu mencintai
dan menerima cinta dari orang lain
b)
Mempunyai
hubungan pribadi yang tetap
c)
Mampu mempercayai
orang lain
d)
Dapat menghargai
pendapat orang lain yang berbeda[5]
e)
Merasa menjadi
bagian dari kelompok
f)
Tidak mengakali
orang lain
3.
Mampu memenuhi
kebutuhan hidup
a)
Menetapkan
tujuan hidup yang nyata untuk dirinya
b)
Mampu mengambil
keputusan
c)
Menerima
tanggung jawab
d)
Merancang masa
depan
e)
Menerima ide dan
pengalaman baru
f)
Merasa puas
dengan pekerjaannya
C.
KRITERIA JIWA NORMAL DAN ABNORMAL
Menurut Saani (1976:4-6) ada tiga sudut pandang yang
dapat dipergunakan untuk meninjau masalah normal dan abnormal ini, yaitu :
1)
Pandangan dari
Sudut Patologi (Pathological View)
Menurut pandangan ini, gangguan jiwa atau tingkah
laku abnormal adalah akibat dari keadaan sakit atau gangguan-gangguan penyakit
yang jelas kelihatan dari gejala klinisnya.
2)
Pandangan dari
Sudut Statistik (Statistical View)
Pandangan ini memilah-milah antara sesuatu yang
normal dan abnormal melalui pendekatan matematis. Caranya dilakukan dengan
prosedur staistik, melalui pengukuran dan penilaian. Ada gejala atau gangguan
yang paling sering terjadi, rata-rata terjadi, dan sekali-sekali terjadi. Hasil
keseluruhan kemudian divisualisasikandalam grafik, biasanya digambarkan dalam
bentuk kurva lonceng.
3)
Pandangan dari
Sudut Kebudayaan (Cultural View)
Menurut pandangan ini, tingkah laku dan sikap
seseorang dianggap normal atau abnormal, disesuaikan dengan sekeliling sosial
(kebudayaan setempat) dimana dia hidup dan bergerak.
Sementara itu, Nizal
Zaenal Abidin sering menambahkan bahwa belakangan ini didunia kedokteran
menerima adanya pendekatan keempat, yaitu :
4)
Pandangan dari
Sudut Keseimbangan Lingkungan (Ecological
Balance View)
Menurut pandangan ini, seseorang dapat dikatakan
normal atau abnormal, apabila bisa beradaptasi secara seimbang dengan alam dan
lingkungannya.
Kemudian dalam
berbagai perkuliahan, banyak mahasiswa yang secara kritis menambahkan bahwa
normal dan abnormal dapat juga ditinjau dari satu segi, yaitu :[6]
5)
Pandangan dari
Sudut Kaidah ajaran Agama (Religion
Principle View)
Agama sebagai ajaran normatif dan dogmatif, dapat
juga dipakai sebagai acuan untuk menentukan normal-abnormalitas seseorang.
Rujukan yang dipakai adalah ajaran-ajaran Illahiah (berbagai kitab suci) yang
memberi tuntunan hidup bagi umat manusia.
I. KRITERIA JIWA
NORMAL
Maslow dan Dittelman
membuat kriteria bagi seseorang yang pribadinya berfungsi normal sehat. Dengan
perubaha sedikit dari Saanin (1976:6) daftar kriteria itu adalah :
1.
Memiliki perasaan aman yang wajar.
2.
Mempunyai
derajat penilaian diri sendiri yang wajar, memiliki wawasan (insight).
3.
Memiliki tujuan
hidup yang realistis.
4.
Memiliki
hubungan yang efektif dengan kenyataan.
5.
Memiliki
kepribadian yang terintegrasi dan konsisten.
6.
Memiliki
kesanggupan untuk belajar dari pengalaman.
7.
Memiliki
spontanitas yang wajar.
8.
Memiliki
emosionalitas yang sesuai.
9.
Memiliki
kesanggupan untuk dapat memuaskan kehendak-kehendak jasmaniah secara wajar dan
tidak berlebih-lebihan dengan kesanggupan utuk memuaskan melalui caea-cara yang
disetujui.
Pendapat lain, menurut Oldewelt (dalam Kartono,
1979:143), orang yang sehat mentalnya itu dicirikan dengan tanda-tanda sebagai
berikut:
1.
Memiliki
perasaan yang harmonis dan seimbang
2.
Selalu merasa
aman dan terjamin (pasti, tepat, dan berhati-hati).
3.
Memiliki
kepercayaan, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain.[7]
4.
Punya kemampuan
untuk memahami dan mengontrol diri sendiri[8].
5.
Memiliki
kepribadian yang matang dan terintegrasi dan integrasi secara utuh.
6.
Punya relasi
sosial yang memuaskan.
7.
Mempunyai
struktur system syaraf yang sehat, dan memiliki kekenyalan (daya lentur) untuk
beradaptasi.
8.
Bahagia, bebas/merdeka
jiwanya, luhur, dan memiliki kesusilaan serta memeluk agama (mempunyai
pedoman).
9.
Tidak sakit
supaya ia dapat produktif.
Terakhir, kita melihat ciri-ciri pribadi sehat
berdasarkan aspek penyesuaian dirinya. Supraktiknya (1995:10-11) merinci sebagai
berikut :
1.
Ditinjau dari
aspek sikap terhadap diri sendiri.
Ciri
perilakunya yaitu menunjukkan penerimaan diri, memiliki jati diri yang memadai
(positif), memiliki penilaian yang realistic terhadap berbagai kelebihan dan
kekurangan.
2.
Ditinjau dari
aspek realitas
Ciri perilakunya yaitu memiliki pandangan yang
realistik terhadap diri sendiri dan terhadap dunia, orang maupun benda di
sekelilingnya.
3.
Ditinjau dari
aspek integrasi
Ciri perilakunya yaitu berkepribadian utuh, bebas
dari konflik-konflik batin yang melumpuhkan, memiliki toleransi yang baik
terhadap stress
4.
Ditinjau dari
aspek kompetensi
Memiliki
kompetensi-kompetensi fisik, intelektual, emosional, dan sosial yang memadai
untuk mengatasi berbagai problem hidup.
5.
Ditinjau dari
aspek ekonomi
Ciri perilakunya yaitu memiliki kemandirian,
tanggung jawab, dan penentuan diri yang memadai disertai kemampuan cukup untuk
membebaskan diri dari aneka pengaruh sosial
Menunjukkan
kecenderungan kearah menjadi semakin matang, semakin berkembang
kemampuan-kemampuannya dan mencapai pemenuhan diri sendiri.
II.
KRITERIA JIWA ABNORMAL
1)
Menurut Tahap Berfungsinya
Menurut tahap berfungsinya, sebab-sebab perilaku
abnormal dapat dibedakan oleh Coleman, Butcher, dan Carson (1980) sebagai
berikut :
a.
Penyebab Primer (Primary Cause)
Adalah
kondisi yang secara langsung menyebabkan terjadinya gangguan jiwa/perilaku
abnormal, atau kondisi yang tanpa kehadirannya suatu gangguan tidak akan
muncul.
b.
Penyebab yang
Menyiapkan (Predisposing Cause)
Adalah
faktor yang menyebabkan seseorang rentan/peka terhadap salah satu bentuk
gangguan jiwa, misalnya kondisi fisik (seseorang dengan penyakit menahun,
keturunan, atau kecacatan), genetik, inteligensia, kepribadian, keadaan sosial
ekonomi. Atau kondisi yang mendahului dan membukan jalan bagi kemungkinan
terjadinyagangguan tertentu dalam kondisi-kondisi tertentu dimasa mendatang.
c.
Penyebab
Pencetus (Precipating Cause)
Adalah
tegangan-tegangan atau kejadian-kejadian traumatik yang langsung atau segera
menyebabkan gangguan jiwa atau mencetuskan gejala ganggguan jiwa.
d.
Penyebab yang
Menguatkan (Reinforcing Cause)
Adalah
kondisi yang cenderung mempertahankan atau mempertegas tingkah laku salah (maladaptive) yang sudah terjadi.
e.
Sirkulasi
Faktor-faktor Penyebab (Multiple Cause)[10]
Adanya
serangkaian factor penyebab yeng kompleks serta saling mempengaruhi. Dalam
kenyataan, suatu gangguan perilaku jarang disebabkan oleh satu penyebab
tunggal, bukan sebagai hubungan sebab-akibat sederhana, melainkan saling mempengaruhi
sebagai “lingkaran setan”, sering menjadi sumber penyebab berbagai
abnormalitas.
2)
Menurut Sumber Asalnya
Berdasarkan
sumber asalnya, sebab-sebab jiwa abnormal dapat digolongkan sedikitnya menjadi
tiga yaitu factor biologis, faktor biopsikososial, dan factor sosial-kultural.
a)
Faktor Biologis
Yang
dimaksud dengan factor biologis adalah berabagai keadaan biologi atau jasmani
yang menghambat perkembangan maupun fungsi pribadi/individu dalam kehidupan
sehari-hari, biasanya bersifat menyeluruh, artinya mempengaruhi seluruh aspek
tingkah laku, mulai dari kecerdasan sampai daya tahan terhadap stress.
Misalnya
pada kasus :
·
Huntington’s chorea
Memperlihatkan
gejala labisitas emosi, impulsif, depresi, halusinasi dan delusi.[11]
·
Multiple Sclerosis (MS)
Timbulnya
gejala awalyang ringan sepertli labilitas emosi, euphoria, episode psikotik
transient, depresi sampai manifestasi hysteria.
b)
Faktor
Psikososial
Yang
termasuk kedalam kelompok ini adalah
1)
Trauma di masa
kanak-kanak
2)
Deprivasi
parental
3)
Hubungan
orangtua dengan anak yang patogenik.
4)
Struktur
keluarga yang patogenik
5)
Stress berat
c)
Faktor
Sosialkultural
Faktor
sosialkultural meliputi keadaan objektif dalam masyarakatatau tuntutan dari
masyarakat yang dapat berakibat timbulnya tekanan pada individu dan selanjutnya
melahirkan berbagai bentuk gangguan.
Dalam
Maramis (1994:143), Alfin Toffler mengemukakan bahwa negara yang paling
berbahaya di zaman modern adalah Negara-negara dengan “super industrilisasi”
ialah kecepatan perubahan dan pergantian yang makin cepat dalamhal
‘kesementaraan’ (transience), ‘kebaruan’
(novelty), dan ‘keanekaragaman’ (diversity) sehingga individu menerima
rangsangan yang berlebihan dan kemungkinan terjadinya kekacauan mental lebih
besar.
III.
SIMPTOMATOLOGI GANGGUAN KESEHATAN JIWA
Simptomatologi gangguan
jiwa berarti ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala gangguan jiwa.[12]
Gejala-gejala gangguan
jiwa pada umumnya dapat dipahammi dari dua segi yaitu :[13]
1.
Deskriptif
Hanya
melukiskan bagaimana gejala itu terjadi tanpa menerangkan bagaimana makna dan
dinamikanya.
2.
Psikodinamik
Tidak
hanya menerangkan tentang bagaimana gejala itu terjadi tetapi juga dinamikanya,
melainkan menerangkan tentang kapan terjadinya, tentang apa gangguannya,
bagaimana prosesnya, reaksi psikologis yang ditimbulkan.
Faktor yang membedakan
pengelompokan istilah gangguan jiwa ada yaitu :
a.
Faktor Kognitif
Memahami,
mengerti, menjelaskan, membedakan berbagai jenis gejala gangguan jiwa. Yang
termasuk disini adalah gangguan sensasi dan persepsi, gangguan perhatian,
gangguan ingatan, gangguan proses pikiran (bentuk pikiran, jalan pikiran, isi
pikiran), gangguan keasadaran (consousness)
b.
Faktor Afektif
Termasuk
didalamnya gangguan emosi menyenangkan, gangguan emosi tidak menyenangkan,
gangguan afek dan emosi lain, gangguan tidur, insight, judgement, penampilan umum, dan retardasi mental.
c.
Faktor
Volutif/Konasi
Konasi
adalah kemampuan untuk memulai suatu gerakan dan meliputi dorongan-dorongan
dasar seseorang yang dinyatakan melalui tingkah lakunya.
Sedangkan tanda gejala gangguan jiwa, yaitu
:
A.
Gangguan Kognisi
Kognisi adalah suatu proses mental yang dengannya
seorang individu menyadarai dan mempertahankan hubungan dengan lingkungannya
baik lingkungan dalam maupun lingkungan luarnya (fungsi mengenal)
Proses kognisi meliputi :
o Sensasi dan persepsi
o Perhatian
o Ingatan
o Asosiasi
o Pertimbangan
o Pikiran
o Kesadaran
1.
Sensasi
Sensasi
atau penginderaan adalah pengetahuan atau kesadaran akan suatu rangsang.
2.
Persepsi
Persepsi
atau pencerapan adalah kesadaran akan suatu rangsang yang dimengerti.
B.
Gangguan Perhatian
Perhatian adalah
pemusatan dan konsentrasi energi menilai dalam suatu proses kognitif yang
timbul dari luar akibat rangsang.
Beberapa bentuk
gangguan perhatian :
1.
Distrakbiliti[14]
Adalah perhatian yang mudah dialihkan oleh rangsang
yang tidak berarti.
2.
Aproseksia[15]
Adalah suatu keadaan dimana terdapat
ketidaksanggupan untuk memperhatikan secara tekun terhadap siuasi/keadaan tanpa
memandang pentingnya masalah tersebut.
3.
Hiperproseksia
Adalah suatu keadaan dimana terjadinya
pemusatan/konsentrasi perhatian yang berlebihan, sehingga sangat mempersempit
persepsi yang ada.
C.
Gangguan Ingatan
Ingatan (kenangan, memori) adalah kesanggupan untuk
mencatat, menyimpan, memproduksi isi dan tanda-tanda kesadaran.
Bentuk gangguan ingatan yaitu :
1.
Amnesia
Ketidakmampuan
mengingat kembali pengalaman yang ada, dapat bersifat sebagian atau total retograd/antegrad dan dapat ditimbulkan
oleh factor organic/psikogen.
2.
Hipernemsia
Suau
keadaan pemanggilan kembali yang berlebihan sehingga seseorang dapat
menggambarkan kejadian-kejadian yang lalu dengan sangat teliti sampai kepada
hal-hal yang sekecil-kecilnya. Sering pada keadaan mania, paranoia, dan
katonik.
3.
Paramnesia
(pemalsuan/pemiuhan ingatan)
Adalah
gangguan dimana terjadinya penyimpangan/pemiuhan terhadap ingatan-ingatan lama
yang dikenal dengan baik.
D.
Gangguan Asosiasi[16]
Asosiasi adalah proses mental yang dengannya suatu
perasaan, kesan atau gamabaran ingatan cenderung untuk menimbulkan kesan atau
gambaran ingatan respon/konsep lain, yang memang sebelumnya berkaitan
dengannya.
Dalam kehidupan mental norman, proses asosiasi
terjadi secara terus menerus dengan pola-pola tertentu. Fakto-faktor yang
menentukan pola-pola dalam proses asosiasi anatara lain :
§ Keadaan lingkungan
§ Kejadian-kejadian yang baru terjadi
§ Pelajaran dan pengalaman sebelumnya
§ Harapan-harapan dan kebiasaan seseorang
§ Kebutuhan dan riwayat emosionalnya
Beberapa bentuk gangguan asosiasi :
1.
Retardasi
(perlambatan)
Adalah
proses asosiasi yang berlangsung lebih lambat dari biasanya.
2.
Kemiskinan Ide
Suatu
keadaan dimana terdapat kekurangan asosiasi yang dapat dipergunakan.
3.
Perseversi
Suatu
keadaan dimana satu asosiasi diulang-ulang kembali secara terus-menerus yang
seakan-akan menggambarkan seseorang tidak sanggup lagi untuk melepaskan ide
yang telah diucapkan.
4.
Flight of Ideas
(lari cita, pikiran melompat-lompat)
Suatu
keadaan dimana aliran asosiasi berlangsung sangat cepat yang tampak dari
perubahan isi pembicaraan dan pikiran. Disini Nampak suatu ide belum selesai,
disusul ide yang lain.
5.
Inkohorensi
Suatu
keadaan dimana aliran asosiasi tak berhubungan satu dengan yang lain.
6.
Blocking
(hambatan, benturan)[17]
Suatu
keadaan dimana terjadi kegagalan membentuk asosiasi, mulai dari situasi
sementara akibat reaksi emosional yang kuat sampai pada blocking yang lama seperti terdapat pada penyakit jiwa yang berat
7.
Aphasia
Suatu
keadaan dimana terjadi kegagalan sebagian atau seluruhnya untuk menggunakan
atau memahami bahasa.
E.
Gangguan Pertimbangan
Pertimbangan atau penilaian adalah suatu proses
mental untuk membandingkan/menilai beberapa pilihandalam suatu kerangka kerja
dengan memberikan nilai-nilai untuk memutuskan maksud dan tujuan dari suatu
aktivitas. Membandingkan nilai disini meliputi istilah tentang “besarnya
kepentingan, “kebenarannya”, “kebaikannya”, “kecantikannya”.
F.
Gangguan Pikiran
Pikiran umum adalah meletakkan hubungan antara
berbagai bagian dari pengetahuan seseorang.
Proses berpikir yang normal mengandung arus ide,
sinbol, dan asosiasi yang terarah pada tujuan dan yang dibangkitkan oleh suatu
masalah atau tugas yang dapat menghantar pada suatu penyelesaian yang
berorientasi pada kenyataan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses berpikir,
yatiu :
1.
Faktor somatic
(gangguan otak dan kelelahan)
2.
Factor
psikologik (gangguan emosi dan psikosa)
3.
Factor sosial
(kegaduhan dan keadaan sosial tertentu)
Beberapa
bentuk gangguan proses berpikir :
1.
Gangguan bentuk
pikiran (produksi), termasuk semua penyimpangan dari pemikiran rasional, logic
dan terarah pada suatu tujuan :
a.
Pikiran deristik
Adalah
bentuk pikiran dimana tidak ada hubungan antara proses mental dengan
pengalamannya yang sedang berjalan. Disini proses mental tidak sesuai atau tidak
mengikuti kenyataan, logika atau pengalaman.
b.
Pikiran autistik
Gangguan
dalam proses berfikir dimana terjadi kegagalan dalam membedakan batas antara
kenyataan dan fantasi.
c.
Pikiran
non-realistik
Bentuk
pikiran yang sama sekali tidak berdasarkan kenyataan.
d.
Pikiran obsesif
Gangguan
pikiran dimana satu ide selalu dating berulang-ulang, irasional dan secara
sadar tak diinginkan, tapi tidak dapat dihilangkan.
e.
Konfabulasi
Gangguan
pikiran dimana seseorang mempersatukan hal-hal atau kejadian yang tidak berkaitan,
dalam suatu usaha untuk mengisi kekosongan pikiran yang timbul karena
kehilangan ingatan.
2.
Gangguan arus
jalan pikiran meilputi cara dan laju dan proses asosiasi dalam pamikiran :[18]
a.
Flight of Ideas
b.
Retardasi
c.
Persevarasi
d.
Circumstanbility
(Pikiran berbelit-belit/pikiran berputar-putar)
Yaitu
suatu keadaan dimana untuk menju secara tidak langsung kepada ide pokok dengan
menambahkan banyak hal yang remeh yang menjemukan dan tidak relevan.
e.
Inkohorensi
f.
Blocking[19]
g.
Logorea[20]
Yaitu
banyak bicara dimana kata-kata baru yang tidakdipahami secara umum
h.
Neologisme
Yaitu
membentuk kata-kata baru yang tidak dipahami secara umum.
i.
Irelevansi
Yaitu
suatu keadaan dimana isi pikiran atau ucapan tidak ada hubungannya dengan
pernyataan atau dengan hal yang sedangdibicarakan
j.
Aphasia
3.
Gangguan isi
pikiran meliputi isi pikiran yang non verbal atau isipikiran yang diceritakan.
a.
Waham
Suatu
kepercayaan yang terpaku dan tidak dapat dikoreksi atas dasar fakta atau
kenyataan.
b.
Fobi
Adalah
rasa takut yang irasional terhadap suatu benda atau keadaan yang tidak dapat dihilangkan
atau ditekan oleh penderita walau disadari bahwa hal tersebut
G.
Gangguan Kesadaran
Kesadaran adalah kemampuan seseorang untuk
mengadakan hubungan dengan lingkungan serta dirinya sendiri melalu panca indera
dan mengadakan pembatasan terhadap lingkungan serta dirinya sendiri.
Bentuk-bentuk
gangguan kesadaran :
a.
Kesadaran
Kuantitatif
1)
Kesadaran yang
menurun
2)
Kesadaran yang
meninggi[21]
b.
Kesadaran
Kualitatif
1)
Stupor
2)
Twilight state
3)
Fuge
4)
Confusion
5)
Tranco
H.
Gangguan Kemauan
Kemauan
adalah suatu proses dimana keinginan-keinginan dipertimbangkan untuk kemudian
diputuskan untuk dilaksanakan mencapai tujuan.
Bentuk-bentuk
ganggguan kemauan :
a.
Abulia (kemauan
yang lemah)
Suatu
keadaan inaktivas sebagai akibat ketidak sanggupan membuat keputusan atau
memulai suatu tingkah laku
b.
Negativisme
Ketidak
sanggupan dalam bertindak atau sugesti dan tidak jarang terjadi melaksanak
sesuatu yang bertentangan dengan yang disugestikan.
c.
Kekakuan
(rigiditas)
Ketidakmampuan
memiliki keleluasaan dalam memutuskan untuk merubah suatu tingkah laku, missal
stereotype yang merupakan sikap atau gerakan mekanis yang dilakukan
berulang-ulang.
d.
Kompulsi
Suatu
keadaan dimana seseorang merasa didorong untuk melakukan suatu tindakan, yang
didasari sebagai suatu irasional atau tidak ada gunanya.
1.
Kleptomania[22]
2.
Pyromania[23]
I.
Gangguan Emosi dan Afek
Emosi adalah suatu pengalaman yang sadar dan
memberikan pengaruh pada aktivitas tubuh dan menghasilkan sensasi organis dan
kinetis. Afek adalah kehidupan perasaan atau nada perasaan emosional seseorang,
menyenangkan atau tidak, yang menyertai suatu pikiran, biasa berlangsung lama
dan jarang disertai komponen fisiologik.
Bentuk-bentuk gangguan emosi dan afek:
1.
Euphoria
2.
Elasi
3.
Eksaltasi
4.
Eklasi
5.
Innapropiate
6.
Rigid
7.
Emosi labil
8.
Cemas dan
depresi
9.
Ambivalensi
10. Apatis
11. Emosi yang tumpul dan datar
J.
Gangguan Psikomotor
Psikomotor adalah gerakan badan yang dipengaruhi
oleh keadaan jiwa, sehingga merupakan afek bersama yang mengenai badan dan
jiwa.
Bentuk-bentuk gangguan psikomotor
a.
Aktivitas yang
meningkat
1)
Hiperaktivitas,
hyperkinesia, aktivitas dari pergerakan yang berlebihan dengan intensitas
respon yang meningkat.
2)
Hipertonitas,
peningkatan pegangan otot tubuh.[24]
3)
Gaduh gelisah
katonik, aktivitas motoric yang tampaknya tidak bertujuan berkali-kali dan
seakan-akan tak dipengaruhi oleh rangsang dari luar
b.
Aktivitas yang
menurun
1.
Hipoaktivitas, hipokinesia dan pergerakan
berkurangnya dengan intensitas respon yang menurun.
2.
Kelambanan
motoris, aktivitas berkurang menyeluruh
3.
Atetosis,
gerakan terus menerus, difus.
4.
Gerakan
Khoreiform, gerakan tidak teratur secara terus menerus yang tidak dikuasai oleh
kemauan.
5.
Tremor,
kontraksi serat-serat otot yang ringan dan ritmis, yang tidak dikuasai, dapat
lambat atau cepat, kasar atau halus teratur atau tidak teratur.
6.
Konvlusi, kejang
terus menerus pada daerah daerah tubuh yang luas dan biasanya dengan hilang
kesadaran.
c.
Aktivitas yang
terganggu atau tidak sesuai
1.
Ataksia
2.
Apaksia
3.
Atetosis
4.
Gerakab
khoreirform
5.
Spasme
6.
Tremor
7.
Konvlusi
d.
Aktivitas yang
berulang-ulang
1.
Katalepsi
2.
Fleksibilitas
serea
3.
Stereotipi
4.
Manerisma
e.
Otomatisme
perintah dia menurut sebuah perintah secara otomatis tanpa disadar
1.
Otomatisme
2.
Ehopraksia
3.
Ekholia
f.
Negativisme
Suatu
pertahanan psikologik yang diperhatikan dengan melawan atau menentang terhadap
apa yang disuruh.
g.
Aversi
Suatu
reaksi agresif yang tegas diperlihatkan
dengan melawan, mendengki, membenci, nonkooperatif, menolak, dan kadang-kadang
menunjukkan reaksi stupor.[25]
IV. PENYAKIT-PENYAKIT
KESEHATAN JIWA
1.
Stress
Adalah
kondisi ketika seseorang mengalami ketidak enakan karena harus menyesuaikan
diri dengan keadaan yang tidak dikehendaki (stressor).
Menurut
Q.S Al-Ma’ariij:19-23) bahwa “Sesungguhnya
manusia dicpitakan bersifat keluh kesah lagi kikir(19), pabaila ia ditmpa
kesusahan ia berkeluh kesah (20), dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat
kikir(21), kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat(22), yang mereka itu
tetap mengerjakan sholat(23)”
2.
Skozofrenia[26]
Berasal
dari dua kata, yaitu skizo yang
artinya “retak” atau “pecah” dan “frenia”
yang artinya “jiwa”. Dengan demikian, penderita skizofrenia mengalami keretakan
jiwa atau keretakan kepribadian.
3.
Depresi
Gangguan
suasana perasaan tekanan yang lebih hebat dari kesedihan maupun rasa dukacita.
4.
Marah
Adalah
perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan
sebagai ancaman (Stuart dan Sundeen, 1987:563)
5.
Kecemasan
Suatu
keadaan tegang yang memotivasi kita untuk berbuat sesuatu. Funsinya adalah
mengingatkan adanya ancaman bahaya.
Mungkin hanya kelima contoh diatas yang menjadi
bagian IV, karena sebenarnya sudah banyak penyakit-penyakit kesehatan jiwa yang
dibahas pada bagian III.
V. PENGOBATAN
PENYAKIT KESEHATAN JIWA
Pengobatan
terhadap penyakit kesehatan jiwa dibedakan atas tiga, yaitu :
1.
Somatoterapi
Dilakukan
dengan tujuan untuk memberikan pengaruh-pengaruh langsung yang berkaitan dengan
bada.
a.
Mediasi
psikotropik
b.
Terapi
elektrokonvulsi (EK)
c.
Somatoterapi
yang lain
2.
Psikoterapi[27]
Dilakukan
dengan maksud untuk secara langsung memberikan pengaruh-pengaruh yang
berhubungan denga kejiwaan.[28]
a.
Psikoterapi
suportif
b.
Psikoterapi
reedukatif
c.
Psikoterapi
rekonstruktif (psikoanalisa)
3.
Manipulasi
Lingkungan
Upaya
yang dilakukan untuk mempengaruhi lingkungan pasien, sehingga bisa membantu
dalam proses penyembuhan
VI. PENCEGAHAN
PENYAKIT KESEHATAN JIWA
1.
Sabar
Allah SWT berfirman dalam Q.S Al-Baqarah artinya “Dan seungguh akan Kami berikan cobaan
kepadamu, dengan sakit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan
buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepadaorang-orang yang sabar,
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, Inna
lillahi wa ‘inna ilaihi raji’uun’ Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang
sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang
mendapat petunjuk”.
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa, sabar adalah
tahan menderita dan menerima cobaan dengan ridha hati serta menyerahkan diri
kepada Alah setelah berusaha.
2.
Selalu Berpikir
Positif
Sehatnya jiwa seseorang paling besar dipengaruhi
oleh diri sendiri, maka alangkah baiknya seseorang memperbaiki pola
berpikirnya, yaitu selalu berpikir positif, karena pikiran dan perasaan positif
selalu membawa kesehatan yang baik untuk
jiwa itu sendiri.
3.
Menghindari Lingkungan
Sosial Yang Tidak Baik
4.
Mudah
menyesuaikan diri
Dia
adalah orang yang secara terbuka memberikan reaksi kepada kehadiran, suasana
jiwa, dan kualitas yang dipergakan orang lain.
5.
Idealistis
Adalah
orang yang melihat proses hidup dengan dua cara yakni hidup sebagaimana nyata
adanya dan hidup sebagaimana seharusnya menurut kepercayaannya.
6.
Perseptif
Adalah
orang yang cepat tanggap terhadap rasa sakit, dan kekurangan, bukan hanya yang
dialaminya sendiri, tetapi juga dialami orang lain, sekalipun orang itu asing
baginya.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Yosep, Iyus M.Si.
2011.Keperawatan Jiwa.
Bandung:PT.Refika Aditama
2.
Drs. Baihaqi,
MIF, M.Si., Drs. Sunardi., M.Pd, dr. Riksma N.Ridalti Akhlan, dr. Euis Heryati.2007.Psikiatri-Konsep Dasar Gangguan-gangguan.Bandung:PT
Refika Aditama
3.
Drs. Boediono. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta:Bintang
Indonesia
4.
Anwar,
Rosihon.2008. Akidah Akhlak.Bandung:Pustaka
Setia
5. Akmal, Mutaroh. Zely Indahan,
Widhawati, Sekar Sari.2010.Ensiklopedi
Kesehatan Untuk Umum.Jogjakarta:Ar-Ruzz
Media
6. Corey, Geral.2010.Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi/Theory
and Practice of Conceling and Psychotherapy.Bandung: PT. Refika Aditama
7. Sumiati, SKp. M.Si, Dinarti,
S.Kp. MAP, Heni Njurhaeni, S.Kp, NS. Ratna Aryani, S.Kep.22009.Kesehatan Jiwa Remaja dan Konseling.Jakarta
Timur:Trans Info Media
8.
Dr. Sjarkawi, M.Pd.2009.Pembentukan Kepribadian Anak.Jakarta:Bumi
Aksara
Semoga dapat membantu dalam penyelesaian tugas atau sedang dalam mengkaji masalah kesehatan jiwa
^^\
Borgata Hotel Casino & Spa announces partnership - KTM
BalasHapusBorgata Hotel Casino & Spa, a 경상북도 출장안마 hotel and 부천 출장마사지 casino in Atlantic City, Borgata Hotel Casino 울산광역 출장샵 & Spa 경상남도 출장샵 has a number of 밀양 출장안마 amenities including