Selasa, 25 November 2014

KESEHATAN BATIN/JIWA




KESEHATAN BATIN/JIWA


 HASMI SEPTIANI
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2014

A.    [1]KONSEP DASAR KESEHATAN JIWA
Sebelum menelaah tentang kesehatan batin, terlebih dahulu kita mengehtahui defenisi sehat dan batin itu sendiri.
a.      Definisi Kesehatan
Menurut pandangan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization-WHO) batasan sehat adalah “suatu keadaan berupa kesejahteraan fisik, mental dan sosial secara penuh  dan bukan semata-mata berupa tidak adanya penyakit atau keadaan lemah tertentu”.
Sedangkan menurut UU No. 3 tahun 1996 tentang kesehatan. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari fisik, mental dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Dari dua defenisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa untuk dikatakan sehat, seseorang harus berada pada suatu kondisi fisik, mental dan sosial yang bebas dari gangguan, seperti penyakit atau perasaan tertekan yang memungkinkan seseorang tersebut untuk hidup produktif dan mengendalikan stress yang terjadi sehari-hari serta berhubungan sosial secara nyaman dan berkualitas.
b.      Definisi Jiwa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, batin adalah adalah dalam hati, perasaan hati (jiwa), rohani. Sedangkan, jiwa adalah roh manusia, roh yang ada dikehidupan batin manusia kejiwaan, seutuhnya yang terjadi dari perasaan batin, pikiran, angan-angan dan sebagaianya. Maka jelalah bahwa kata batin dan jiwa itu memiliki makna yang sama namun berbeda secara kata.
Sebelum membahas pengertian jiwa selain yang diatas, mari kita lihat referensi utama Al-Qur’anul Karim tentang jiwa. Pada surat Az-Zumar 42 diterangkan, “Sesungguhnhya Allah mematikan mematikan mausia diwaktu ia meninggal dunia d[2]an menonaktifkan jiwanya waktu ia tidur. Maka jiwa (roh) yang sudah wafat ditahan-Nya. Dan jiwa (roh y[3]ang dinonaktifkan-Nya waktu ia tidur) dikembalikan-Nya (tatkala ia sudah bangun) sampai waktu yang ditentukan (sampai dating saat kematiaannya). Sesungguhnya yang demikian menjadi tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kamu yang berpikir.”
Kodrat atau fitrah manusia adalah rohani-jasmani, jiwa-raga, sukma-tubuh, psikis-fisik. Dengan kodrat manusia yang rohaniah menyebabkan manusia itu berpikir, mengerti dan memahami segala sesuatu yang ada atau yang mungkin tidak ada.
Perbedaan antara jasad yang hidup dan jasad yang mati terletak pada ada atau tidaknya zat penyebab hidup itu yang terdapat di dalam jasad makhluk yang bersangkutan. Zat penyebab hidup itulah yang kita kenal sebagai roh/jiwa (Salam,1998:48)
Jiwa berfungsi untuk hal-hal psikis, seperti sedih, benci, khawatir, cemburu, senang, dan sifat-sifat sejenis itu.
c.       Definisi Kesehatan Jiwa
Kesehatan jiwa adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan atau bagian integral dan merupakan unsur utama dalam menunjang terwujudnya kualitas hidup manusia yang utuh.
1.      [4]Menurut WHO, kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa, melainkan mengandung berbagai karakteristik yang positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.
2.      Menurut UU Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun 1996, kesehatan jiwa adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional secara optimal dari seseorang dan perkembangan ini berjalan selaras dengan orang lain.
Senada dengan itu pakar lain mengatakan bahwa kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi mental yang sejahtera (mental wellbeing) yang memungkinkan hidup harmonis dan produktif, sebagai bagian yang utuh dan kualitas hidup seseorang dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia.
Dengan kata lain, kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh semua orang, mempunyai perasaan sehat dan bahagia serta mampu menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain.
B.     CIRI-CIRI ORANG YANG SEHAT JIWA
Ciri-ciri orang yang sehat jiwa menurut Departemen Kesehatan (2003), yaitu :
1.      Merasa nyaman terhadap dirinya
a.       Mampu menghadapi berbagai perasaan, seperti rasa marah, takut, cemas, rasa bersalah, iri, rasa senang dan lain-lain
b.      Mampu mengatasi kekecawaan dalam kehidupan
2.      Mampu nyaman berkomunikasi dengan orang lain
a)      Mampu mencintai dan menerima cinta dari orang lain
b)      Mempunyai hubungan pribadi yang tetap
c)      Mampu mempercayai orang lain
d)     Dapat menghargai pendapat orang lain yang berbeda[5]
e)      Merasa menjadi bagian  dari kelompok
f)       Tidak mengakali orang lain
3.      Mampu memenuhi kebutuhan hidup
a)      Menetapkan tujuan hidup yang nyata untuk dirinya
b)      Mampu mengambil keputusan
c)      Menerima tanggung jawab
d)     Merancang masa depan
e)      Menerima ide dan pengalaman baru
f)       Merasa puas dengan pekerjaannya

C.    KRITERIA JIWA NORMAL DAN ABNORMAL
Menurut Saani (1976:4-6) ada tiga sudut pandang yang dapat dipergunakan untuk meninjau masalah normal dan abnormal ini, yaitu :
1)      Pandangan dari Sudut Patologi (Pathological View)
Menurut pandangan ini, gangguan jiwa atau tingkah laku abnormal adalah akibat dari keadaan sakit atau gangguan-gangguan penyakit yang jelas kelihatan dari gejala klinisnya.
2)      Pandangan dari Sudut Statistik (Statistical View)
Pandangan ini memilah-milah antara sesuatu yang normal dan abnormal melalui pendekatan matematis. Caranya dilakukan dengan prosedur staistik, melalui pengukuran dan penilaian. Ada gejala atau gangguan yang paling sering terjadi, rata-rata terjadi, dan sekali-sekali terjadi. Hasil keseluruhan kemudian divisualisasikandalam grafik, biasanya digambarkan dalam bentuk kurva lonceng.
3)      Pandangan dari Sudut Kebudayaan (Cultural View)
Menurut pandangan ini, tingkah laku dan sikap seseorang dianggap normal atau abnormal, disesuaikan dengan sekeliling sosial (kebudayaan setempat) dimana dia hidup dan bergerak.
Sementara itu, Nizal Zaenal Abidin sering menambahkan bahwa belakangan ini didunia kedokteran menerima adanya pendekatan keempat, yaitu :
4)      Pandangan dari Sudut Keseimbangan Lingkungan (Ecological Balance View)
Menurut pandangan ini, seseorang dapat dikatakan normal atau abnormal, apabila bisa beradaptasi secara seimbang dengan alam dan lingkungannya.
Kemudian dalam berbagai perkuliahan, banyak mahasiswa yang secara kritis menambahkan bahwa normal dan abnormal dapat juga ditinjau dari satu segi, yaitu :[6]
5)      Pandangan dari Sudut Kaidah ajaran Agama (Religion Principle View)
Agama sebagai ajaran normatif dan dogmatif, dapat juga dipakai sebagai acuan untuk menentukan normal-abnormalitas seseorang. Rujukan yang dipakai adalah ajaran-ajaran Illahiah (berbagai kitab suci) yang memberi tuntunan hidup bagi umat manusia.

              I.     KRITERIA JIWA NORMAL
Maslow dan Dittelman membuat kriteria bagi seseorang yang pribadinya berfungsi normal sehat. Dengan perubaha sedikit dari Saanin (1976:6) daftar kriteria itu adalah :
1.       Memiliki perasaan aman yang wajar.
2.      Mempunyai derajat penilaian diri sendiri yang wajar, memiliki wawasan (insight).
3.      Memiliki tujuan hidup yang realistis.
4.      Memiliki hubungan yang efektif dengan kenyataan.
5.      Memiliki kepribadian yang terintegrasi dan konsisten.
6.      Memiliki kesanggupan untuk belajar dari pengalaman.
7.      Memiliki spontanitas yang wajar.
8.      Memiliki emosionalitas yang sesuai.
9.      Memiliki kesanggupan untuk dapat memuaskan kehendak-kehendak jasmaniah secara wajar dan tidak berlebih-lebihan dengan kesanggupan utuk memuaskan melalui caea-cara yang disetujui.
Pendapat lain, menurut Oldewelt (dalam Kartono, 1979:143), orang yang sehat mentalnya itu dicirikan dengan tanda-tanda sebagai berikut:
1.      Memiliki perasaan yang harmonis dan seimbang
2.      Selalu merasa aman dan terjamin (pasti, tepat, dan berhati-hati).
3.      Memiliki kepercayaan, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain.[7]
4.      Punya kemampuan untuk memahami dan mengontrol diri sendiri[8].
5.      Memiliki kepribadian yang matang dan terintegrasi dan integrasi secara utuh.
6.      Punya relasi sosial yang memuaskan.
7.      Mempunyai struktur system syaraf yang sehat, dan memiliki kekenyalan (daya lentur) untuk beradaptasi.
8.      Bahagia, bebas/merdeka jiwanya, luhur, dan memiliki kesusilaan serta memeluk agama (mempunyai pedoman).
9.      Tidak sakit supaya ia dapat produktif.
Terakhir, kita melihat ciri-ciri pribadi sehat berdasarkan aspek penyesuaian dirinya. Supraktiknya (1995:10-11) merinci sebagai berikut :
1.      Ditinjau dari aspek sikap terhadap diri sendiri.
Ciri perilakunya yaitu menunjukkan penerimaan diri, memiliki jati diri yang memadai (positif), memiliki penilaian yang realistic terhadap berbagai kelebihan dan kekurangan.
2.      Ditinjau dari aspek realitas
 Ciri perilakunya yaitu memiliki pandangan yang realistik terhadap diri sendiri dan terhadap dunia, orang maupun benda di sekelilingnya.
3.      Ditinjau dari aspek integrasi
Ciri perilakunya yaitu berkepribadian utuh, bebas dari konflik-konflik batin yang melumpuhkan, memiliki toleransi yang baik terhadap stress
4.      Ditinjau dari aspek kompetensi
Memiliki kompetensi-kompetensi fisik, intelektual, emosional, dan sosial yang memadai untuk mengatasi berbagai problem hidup.
5.      Ditinjau dari aspek ekonomi
Ciri perilakunya yaitu memiliki kemandirian, tanggung jawab, dan penentuan diri yang memadai disertai kemampuan cukup untuk membebaskan diri dari aneka pengaruh sosial
6.      [9]Ditinjau dari aspek pertumbuhan aktualisasi diri
Menunjukkan kecenderungan kearah menjadi semakin matang, semakin berkembang kemampuan-kemampuannya dan mencapai pemenuhan diri sendiri.

         II.       KRITERIA JIWA ABNORMAL
1)   Menurut Tahap Berfungsinya
Menurut tahap berfungsinya, sebab-sebab perilaku abnormal dapat dibedakan oleh Coleman, Butcher, dan Carson (1980) sebagai berikut :
a.       Penyebab Primer (Primary Cause)
Adalah kondisi yang secara langsung menyebabkan terjadinya gangguan jiwa/perilaku abnormal, atau kondisi yang tanpa kehadirannya suatu gangguan tidak akan muncul.
b.      Penyebab yang Menyiapkan (Predisposing Cause)
Adalah faktor yang menyebabkan seseorang rentan/peka terhadap salah satu bentuk gangguan jiwa, misalnya kondisi fisik (seseorang dengan penyakit menahun, keturunan, atau kecacatan), genetik, inteligensia, kepribadian, keadaan sosial ekonomi. Atau kondisi yang mendahului dan membukan jalan bagi kemungkinan terjadinyagangguan tertentu dalam kondisi-kondisi tertentu dimasa mendatang.



c.       Penyebab Pencetus (Precipating Cause)
Adalah tegangan-tegangan atau kejadian-kejadian traumatik yang langsung atau segera menyebabkan gangguan jiwa atau mencetuskan gejala ganggguan jiwa.
d.      Penyebab yang Menguatkan (Reinforcing Cause)
Adalah kondisi yang cenderung mempertahankan atau mempertegas tingkah laku salah (maladaptive) yang sudah terjadi.
e.       Sirkulasi Faktor-faktor Penyebab (Multiple Cause)[10]
Adanya serangkaian factor penyebab yeng kompleks serta saling mempengaruhi. Dalam kenyataan, suatu gangguan perilaku jarang disebabkan oleh satu penyebab tunggal, bukan sebagai hubungan sebab-akibat sederhana, melainkan saling mempengaruhi sebagai “lingkaran setan”, sering menjadi sumber penyebab berbagai abnormalitas.
2)      Menurut Sumber Asalnya
Berdasarkan sumber asalnya, sebab-sebab jiwa abnormal dapat digolongkan sedikitnya menjadi tiga yaitu factor biologis, faktor biopsikososial, dan factor sosial-kultural.
a)      Faktor Biologis
Yang dimaksud dengan factor biologis adalah berabagai keadaan biologi atau jasmani yang menghambat perkembangan maupun fungsi pribadi/individu dalam kehidupan sehari-hari, biasanya bersifat menyeluruh, artinya mempengaruhi seluruh aspek tingkah laku, mulai dari kecerdasan sampai daya tahan terhadap stress.



Misalnya pada kasus :
·    Huntington’s chorea
Memperlihatkan gejala labisitas emosi, impulsif, depresi, halusinasi dan delusi.[11]
·    Multiple Sclerosis (MS)
Timbulnya gejala awalyang ringan sepertli labilitas emosi, euphoria, episode psikotik transient, depresi sampai manifestasi hysteria.
b)      Faktor Psikososial
Yang termasuk kedalam kelompok ini adalah
1)      Trauma di masa kanak-kanak
2)      Deprivasi parental
3)      Hubungan orangtua dengan anak yang patogenik.
4)      Struktur keluarga yang patogenik
5)      Stress berat
c)      Faktor Sosialkultural
Faktor sosialkultural meliputi keadaan objektif dalam masyarakatatau tuntutan dari masyarakat yang dapat berakibat timbulnya tekanan pada individu dan selanjutnya melahirkan berbagai bentuk gangguan.
Dalam Maramis (1994:143), Alfin Toffler mengemukakan bahwa negara yang paling berbahaya di zaman modern adalah Negara-negara dengan “super industrilisasi” ialah kecepatan perubahan dan pergantian yang makin cepat dalamhal ‘kesementaraan’ (transience), ‘kebaruan’ (novelty), dan ‘keanekaragaman’ (diversity) sehingga individu menerima rangsangan yang berlebihan dan kemungkinan terjadinya kekacauan mental lebih besar.


 III.        SIMPTOMATOLOGI GANGGUAN KESEHATAN JIWA
Simptomatologi gangguan jiwa berarti ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala gangguan jiwa.[12]
Gejala-gejala gangguan jiwa pada umumnya dapat dipahammi dari dua segi yaitu :[13]
1.      Deskriptif
Hanya melukiskan bagaimana gejala itu terjadi tanpa menerangkan bagaimana makna dan dinamikanya.
2.      Psikodinamik
Tidak hanya menerangkan tentang bagaimana gejala itu terjadi tetapi juga dinamikanya, melainkan menerangkan tentang kapan terjadinya, tentang apa gangguannya, bagaimana prosesnya, reaksi psikologis yang ditimbulkan.
Faktor yang membedakan pengelompokan istilah gangguan jiwa ada yaitu :
a.       Faktor Kognitif
Memahami, mengerti, menjelaskan, membedakan berbagai jenis gejala gangguan jiwa. Yang termasuk disini adalah gangguan sensasi dan persepsi, gangguan perhatian, gangguan ingatan, gangguan proses pikiran (bentuk pikiran, jalan pikiran, isi pikiran), gangguan keasadaran (consousness)
b.      Faktor Afektif
Termasuk didalamnya gangguan emosi menyenangkan, gangguan emosi tidak menyenangkan, gangguan afek dan emosi lain, gangguan tidur, insight, judgement, penampilan umum, dan retardasi mental.

c.       Faktor Volutif/Konasi
Konasi adalah kemampuan untuk memulai suatu gerakan dan meliputi dorongan-dorongan dasar seseorang yang dinyatakan melalui tingkah lakunya.
     Sedangkan tanda gejala gangguan jiwa, yaitu :
A.    Gangguan Kognisi
Kognisi adalah suatu proses mental yang dengannya seorang individu menyadarai dan mempertahankan hubungan dengan lingkungannya baik lingkungan dalam maupun lingkungan luarnya (fungsi mengenal)
Proses kognisi meliputi :
o   Sensasi dan persepsi
o   Perhatian
o   Ingatan
o   Asosiasi
o   Pertimbangan
o   Pikiran
o   Kesadaran
1.      Sensasi
Sensasi atau penginderaan adalah pengetahuan atau kesadaran akan suatu rangsang.
2.      Persepsi
Persepsi atau pencerapan adalah kesadaran akan suatu rangsang yang dimengerti.
B.     Gangguan Perhatian
Perhatian adalah pemusatan dan konsentrasi energi menilai dalam suatu proses kognitif yang timbul dari luar akibat rangsang.
Beberapa bentuk gangguan perhatian :
1.      Distrakbiliti[14]
Adalah perhatian yang mudah dialihkan oleh rangsang yang tidak berarti.
2.      Aproseksia[15]
Adalah suatu keadaan dimana terdapat ketidaksanggupan untuk memperhatikan secara tekun terhadap siuasi/keadaan tanpa memandang pentingnya masalah tersebut.
3.      Hiperproseksia
Adalah suatu keadaan dimana terjadinya pemusatan/konsentrasi perhatian yang berlebihan, sehingga sangat mempersempit persepsi yang ada.
C.    Gangguan Ingatan
Ingatan (kenangan, memori) adalah kesanggupan untuk mencatat, menyimpan, memproduksi isi dan tanda-tanda kesadaran.
Bentuk gangguan ingatan yaitu :
1.      Amnesia
Ketidakmampuan mengingat kembali pengalaman yang ada, dapat bersifat sebagian atau total retograd/antegrad dan dapat ditimbulkan oleh factor organic/psikogen.
2.      Hipernemsia
Suau keadaan pemanggilan kembali yang berlebihan sehingga seseorang dapat menggambarkan kejadian-kejadian yang lalu dengan sangat teliti sampai kepada hal-hal yang sekecil-kecilnya. Sering pada keadaan mania, paranoia, dan katonik.


3.      Paramnesia (pemalsuan/pemiuhan ingatan)
Adalah gangguan dimana terjadinya penyimpangan/pemiuhan terhadap ingatan-ingatan lama yang dikenal dengan baik.

D.    Gangguan Asosiasi[16]
Asosiasi adalah proses mental yang dengannya suatu perasaan, kesan atau gamabaran ingatan cenderung untuk menimbulkan kesan atau gambaran ingatan respon/konsep lain, yang memang sebelumnya berkaitan dengannya.
Dalam kehidupan mental norman, proses asosiasi terjadi secara terus menerus dengan pola-pola tertentu. Fakto-faktor yang menentukan pola-pola dalam proses asosiasi anatara lain :
§  Keadaan lingkungan
§  Kejadian-kejadian yang baru terjadi
§  Pelajaran dan pengalaman sebelumnya
§  Harapan-harapan dan kebiasaan seseorang
§  Kebutuhan dan riwayat emosionalnya
Beberapa bentuk gangguan asosiasi :
1.      Retardasi (perlambatan)
Adalah proses asosiasi yang berlangsung lebih lambat dari biasanya.
2.      Kemiskinan Ide
Suatu keadaan dimana terdapat kekurangan asosiasi yang dapat dipergunakan.
3.      Perseversi
Suatu keadaan dimana satu asosiasi diulang-ulang kembali secara terus-menerus yang seakan-akan menggambarkan seseorang tidak sanggup lagi untuk melepaskan ide yang telah diucapkan.
4.      Flight of Ideas (lari cita, pikiran melompat-lompat)
Suatu keadaan dimana aliran asosiasi berlangsung sangat cepat yang tampak dari perubahan isi pembicaraan dan pikiran. Disini Nampak suatu ide belum selesai, disusul ide yang lain.
5.      Inkohorensi
Suatu keadaan dimana aliran asosiasi tak berhubungan satu dengan yang lain.
6.      Blocking (hambatan, benturan)[17]
Suatu keadaan dimana terjadi kegagalan membentuk asosiasi, mulai dari situasi sementara akibat reaksi emosional yang kuat sampai pada blocking yang lama seperti terdapat pada penyakit jiwa yang berat
7.      Aphasia
Suatu keadaan dimana terjadi kegagalan sebagian atau seluruhnya untuk menggunakan atau memahami bahasa.
E.     Gangguan Pertimbangan
Pertimbangan atau penilaian adalah suatu proses mental untuk membandingkan/menilai beberapa pilihandalam suatu kerangka kerja dengan memberikan nilai-nilai untuk memutuskan maksud dan tujuan dari suatu aktivitas. Membandingkan nilai disini meliputi istilah tentang “besarnya kepentingan, “kebenarannya”, “kebaikannya”, “kecantikannya”.
F.     Gangguan Pikiran
Pikiran umum adalah meletakkan hubungan antara berbagai bagian dari pengetahuan seseorang.
Proses berpikir yang normal mengandung arus ide, sinbol, dan asosiasi yang terarah pada tujuan dan yang dibangkitkan oleh suatu masalah atau tugas yang dapat menghantar pada suatu penyelesaian yang berorientasi pada kenyataan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses berpikir, yatiu :
1.      Faktor somatic (gangguan otak dan kelelahan)
2.      Factor psikologik (gangguan emosi dan psikosa)
3.      Factor sosial (kegaduhan dan keadaan sosial tertentu)
Beberapa bentuk gangguan proses berpikir :
1.      Gangguan bentuk pikiran (produksi), termasuk semua penyimpangan dari pemikiran rasional, logic dan terarah pada suatu tujuan :
a.       Pikiran deristik
Adalah bentuk pikiran dimana tidak ada hubungan antara proses mental dengan pengalamannya yang sedang berjalan. Disini proses mental tidak sesuai atau tidak mengikuti kenyataan, logika atau pengalaman.
b.      Pikiran autistik
Gangguan dalam proses berfikir dimana terjadi kegagalan dalam membedakan batas antara kenyataan dan fantasi.
c.       Pikiran non-realistik
Bentuk pikiran yang sama sekali tidak berdasarkan kenyataan.
d.      Pikiran obsesif
Gangguan pikiran dimana satu ide selalu dating berulang-ulang, irasional dan secara sadar tak diinginkan, tapi tidak dapat dihilangkan.
e.       Konfabulasi
Gangguan pikiran dimana seseorang mempersatukan hal-hal atau kejadian yang tidak berkaitan, dalam suatu usaha untuk mengisi kekosongan pikiran yang timbul karena kehilangan ingatan.
2.      Gangguan arus jalan pikiran meilputi cara dan laju dan proses asosiasi dalam pamikiran :[18]
a.       Flight of Ideas
b.      Retardasi
c.       Persevarasi
d.      Circumstanbility (Pikiran berbelit-belit/pikiran berputar-putar)
Yaitu suatu keadaan dimana untuk menju secara tidak langsung kepada ide pokok dengan menambahkan banyak hal yang remeh yang menjemukan dan tidak relevan.
e.       Inkohorensi
f.       Blocking[19]
g.      Logorea[20]
Yaitu banyak bicara dimana kata-kata baru yang tidakdipahami secara umum
h.      Neologisme
Yaitu membentuk kata-kata baru yang tidak dipahami secara umum.
i.        Irelevansi
Yaitu suatu keadaan dimana isi pikiran atau ucapan tidak ada hubungannya dengan pernyataan atau dengan hal yang sedangdibicarakan
j.        Aphasia
3.      Gangguan isi pikiran meliputi isi pikiran yang non verbal atau isipikiran yang diceritakan.
a.       Waham
Suatu kepercayaan yang terpaku dan tidak dapat dikoreksi atas dasar fakta atau kenyataan.



b.      Fobi
Adalah rasa takut yang irasional terhadap suatu benda atau keadaan yang tidak dapat dihilangkan atau ditekan oleh penderita walau disadari bahwa hal tersebut
G.    Gangguan Kesadaran
Kesadaran adalah kemampuan seseorang untuk mengadakan hubungan dengan lingkungan serta dirinya sendiri melalu panca indera dan mengadakan pembatasan terhadap lingkungan serta dirinya sendiri.
Bentuk-bentuk gangguan kesadaran :
a.       Kesadaran Kuantitatif
1)      Kesadaran yang menurun
2)      Kesadaran yang meninggi[21]
b.      Kesadaran Kualitatif
1)      Stupor
2)      Twilight state
3)      Fuge
4)      Confusion
5)      Tranco
H.    Gangguan Kemauan
Kemauan adalah suatu proses dimana keinginan-keinginan dipertimbangkan untuk kemudian diputuskan untuk dilaksanakan mencapai tujuan.
Bentuk-bentuk ganggguan kemauan :
a.       Abulia (kemauan yang lemah)
Suatu keadaan inaktivas sebagai akibat ketidak sanggupan membuat keputusan atau memulai suatu tingkah laku

b.      Negativisme
Ketidak sanggupan dalam bertindak atau sugesti dan tidak jarang terjadi melaksanak sesuatu yang bertentangan dengan yang disugestikan.
c.       Kekakuan (rigiditas)
Ketidakmampuan memiliki keleluasaan dalam memutuskan untuk merubah suatu tingkah laku, missal stereotype yang merupakan sikap atau gerakan mekanis yang dilakukan berulang-ulang.
d.      Kompulsi
Suatu keadaan dimana seseorang merasa didorong untuk melakukan suatu tindakan, yang didasari sebagai suatu irasional atau tidak ada gunanya.
1.      Kleptomania[22]
2.      Pyromania[23]
I.       Gangguan Emosi dan Afek
Emosi adalah suatu pengalaman yang sadar dan memberikan pengaruh pada aktivitas tubuh dan menghasilkan sensasi organis dan kinetis. Afek adalah kehidupan perasaan atau nada perasaan emosional seseorang, menyenangkan atau tidak, yang menyertai suatu pikiran, biasa berlangsung lama dan jarang disertai komponen fisiologik.
Bentuk-bentuk gangguan emosi dan afek:
1.      Euphoria
2.      Elasi
3.      Eksaltasi
4.      Eklasi
5.      Innapropiate
6.      Rigid
7.      Emosi labil
8.      Cemas dan depresi
9.      Ambivalensi
10.  Apatis
11.  Emosi yang tumpul dan datar
J.      Gangguan Psikomotor
Psikomotor adalah gerakan badan yang dipengaruhi oleh keadaan jiwa, sehingga merupakan afek bersama yang mengenai badan dan jiwa.
Bentuk-bentuk gangguan psikomotor
a.       Aktivitas yang meningkat
1)      Hiperaktivitas, hyperkinesia, aktivitas dari pergerakan yang berlebihan dengan intensitas respon yang meningkat.
2)      Hipertonitas, peningkatan pegangan otot tubuh.[24]
3)      Gaduh gelisah katonik, aktivitas motoric yang tampaknya tidak bertujuan berkali-kali dan seakan-akan tak dipengaruhi oleh rangsang dari luar
b.      Aktivitas yang menurun
1.       Hipoaktivitas, hipokinesia dan pergerakan berkurangnya dengan intensitas respon yang menurun.
2.      Kelambanan motoris, aktivitas berkurang menyeluruh
3.      Atetosis, gerakan terus menerus, difus.
4.      Gerakan Khoreiform, gerakan tidak teratur secara terus menerus yang tidak dikuasai oleh kemauan.
5.      Tremor, kontraksi serat-serat otot yang ringan dan ritmis, yang tidak dikuasai, dapat lambat atau cepat, kasar atau halus teratur atau tidak teratur.
6.      Konvlusi, kejang terus menerus pada daerah daerah tubuh yang luas dan biasanya dengan hilang kesadaran.
c.       Aktivitas yang terganggu atau tidak sesuai
1.      Ataksia
2.      Apaksia
3.      Atetosis
4.      Gerakab khoreirform
5.      Spasme
6.      Tremor
7.      Konvlusi
d.      Aktivitas yang berulang-ulang
1.      Katalepsi
2.      Fleksibilitas serea
3.      Stereotipi
4.      Manerisma
e.       Otomatisme perintah dia menurut sebuah perintah secara otomatis tanpa disadar
1.      Otomatisme
2.      Ehopraksia
3.      Ekholia
f.       Negativisme
Suatu pertahanan psikologik yang diperhatikan dengan melawan atau menentang terhadap apa yang disuruh.
g.      Aversi
Suatu reaksi agresif  yang tegas diperlihatkan dengan melawan, mendengki, membenci, nonkooperatif, menolak, dan kadang-kadang menunjukkan reaksi stupor.[25]
   IV.     PENYAKIT-PENYAKIT KESEHATAN JIWA
1.      Stress
Adalah kondisi ketika seseorang mengalami ketidak enakan karena harus menyesuaikan diri dengan keadaan yang tidak dikehendaki (stressor).
Menurut Q.S Al-Ma’ariij:19-23) bahwa “Sesungguhnya manusia dicpitakan bersifat keluh kesah lagi kikir(19), pabaila ia ditmpa kesusahan ia berkeluh kesah (20), dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir(21), kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat(22), yang mereka itu tetap mengerjakan sholat(23)”
2.      Skozofrenia[26]
Berasal dari dua kata, yaitu skizo yang artinya “retak” atau “pecah” dan “frenia” yang artinya “jiwa”. Dengan demikian, penderita skizofrenia mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian.
3.      Depresi
Gangguan suasana perasaan tekanan yang lebih hebat dari kesedihan maupun rasa dukacita.
4.      Marah
Adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart dan Sundeen, 1987:563)
5.      Kecemasan
Suatu keadaan tegang yang memotivasi kita untuk berbuat sesuatu. Funsinya adalah mengingatkan adanya ancaman bahaya.
Mungkin hanya kelima contoh diatas yang menjadi bagian IV, karena sebenarnya sudah banyak penyakit-penyakit kesehatan jiwa yang dibahas pada bagian III.

      V.     PENGOBATAN PENYAKIT KESEHATAN JIWA
Pengobatan terhadap penyakit kesehatan jiwa dibedakan atas tiga, yaitu :
1.      Somatoterapi
Dilakukan dengan tujuan untuk memberikan pengaruh-pengaruh langsung yang berkaitan dengan bada.
a.       Mediasi psikotropik
b.      Terapi elektrokonvulsi (EK)
c.       Somatoterapi yang lain
2.      Psikoterapi[27]
Dilakukan dengan maksud untuk secara langsung memberikan pengaruh-pengaruh yang berhubungan denga kejiwaan.[28]
a.       Psikoterapi suportif
b.      Psikoterapi reedukatif
c.       Psikoterapi rekonstruktif (psikoanalisa)
3.      Manipulasi Lingkungan
Upaya yang dilakukan untuk mempengaruhi lingkungan pasien, sehingga bisa membantu dalam proses penyembuhan
   VI.     PENCEGAHAN PENYAKIT KESEHATAN JIWA
1.      Sabar
Allah SWT berfirman dalam Q.S Al-Baqarah artinya “Dan seungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sakit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepadaorang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, Inna lillahi wa ‘inna ilaihi raji’uun’ Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa, sabar adalah tahan menderita dan menerima cobaan dengan ridha hati serta menyerahkan diri kepada Alah setelah berusaha.
2.      Selalu Berpikir Positif
Sehatnya jiwa seseorang paling besar dipengaruhi oleh diri sendiri, maka alangkah baiknya seseorang memperbaiki pola berpikirnya, yaitu selalu berpikir positif, karena pikiran dan perasaan positif selalu membawa kesehatan yang baik  untuk jiwa itu sendiri.
3.      Menghindari Lingkungan Sosial Yang Tidak Baik
4.      Mudah menyesuaikan diri
Dia adalah orang yang secara terbuka memberikan reaksi kepada kehadiran, suasana jiwa, dan kualitas yang dipergakan orang lain.
5.      Idealistis
Adalah orang yang melihat proses hidup dengan dua cara yakni hidup sebagaimana nyata adanya dan hidup sebagaimana seharusnya menurut kepercayaannya.
6.      Perseptif
Adalah orang yang cepat tanggap terhadap rasa sakit, dan kekurangan, bukan hanya yang dialaminya sendiri, tetapi juga dialami orang lain, sekalipun orang itu asing baginya.



DAFTAR PUSTAKA
1.      Yosep, Iyus M.Si. 2011.Keperawatan Jiwa. Bandung:PT.Refika Aditama
2. Drs. Baihaqi, MIF, M.Si., Drs. Sunardi., M.Pd, dr. Riksma N.Ridalti Akhlan, dr. Euis  Heryati.2007.Psikiatri-Konsep Dasar Gangguan-gangguan.Bandung:PT Refika Aditama
3.       Drs. Boediono. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta:Bintang Indonesia
4.       Anwar, Rosihon.2008. Akidah Akhlak.Bandung:Pustaka Setia
5.  Akmal, Mutaroh. Zely Indahan, Widhawati, Sekar Sari.2010.Ensiklopedi Kesehatan Untuk Umum.Jogjakarta:Ar-Ruzz Media
6.   Corey, Geral.2010.Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi/Theory and Practice of Conceling and Psychotherapy.Bandung: PT. Refika Aditama
7. Sumiati, SKp. M.Si, Dinarti, S.Kp. MAP, Heni Njurhaeni, S.Kp, NS. Ratna Aryani, S.Kep.22009.Kesehatan Jiwa Remaja dan Konseling.Jakarta Timur:Trans Info Media
8.       Dr. Sjarkawi, M.Pd.2009.Pembentukan Kepribadian Anak.Jakarta:Bumi Aksara



Semoga dapat membantu dalam penyelesaian tugas atau sedang dalam mengkaji masalah kesehatan jiwa
^^\

1 komentar:

  1. Borgata Hotel Casino & Spa announces partnership - KTM
    Borgata Hotel Casino & Spa, a 경상북도 출장안마 hotel and 부천 출장마사지 casino in Atlantic City, Borgata Hotel Casino 울산광역 출장샵 & Spa 경상남도 출장샵 has a number of 밀양 출장안마 amenities including

    BalasHapus