Selasa, 25 November 2014

PENYAKIT TIDAK MENULAR DAN MENULAR SERTA BIOPSIKOSOSIAL



A.    PENYAKIT TIDAK MENULAR

1.    Osteoporosis

Osteoporosis adalah penyakit penuaan di mana tulang akan semakin keropos karena usia yang semakin tua. Penyakit ini tidak menular namun akan dirasakan setiap manusia yang menginjak masa tua.

2.      Penyakit asam lambung maag
Penyebab dari penyakit asam lambung maag adalah karena gangguan fungsional yang terjadi karena kerja dari lambung yang tidak baik. Hal ini mempunyai suatu hubungan dengan gerakan lambung yang biasanya berakitan dengan sistem syaraf di lambung  atau secara psikologis. Penyebab lainnya adalah karena terjadinya gangguan struktur anatomi yang misalnya terjadi karena luka. Stres juga bisa menjadi salah satu penyebab psikologis yang bisa mengakibatkan sistem syaraf pusat otak yang berkaitan dengan lambung yang mengalami suatu perubahan hormonal yang ada di dalam tubuh ehingga bisa merangsang sel-sel di dalam lambung untuk meproduksi asam secara berlebihan.
3.      Psikomatik
Keluhan psikosomatik sering ditemukan pada praktik klinis sehari-hari. Dokter umum juga seringkali mendapati pasien dengan keluhan psikosomatik. Kepustakaan me-laporkan lebih dari 50% pasien dengan keluhan fisik yangtidak mempunyai penyebab objektif dari keluhannya itu. Keluhannya bisa dari kelelahan, nyeri dada, batuk, nyeri Konsep Pendekatan biopsikososial pada Keluhan Psikosomatik punggung, napas pendek, hingga berbagai keluhan yang melibatkan organ tubuh. 3-6 Keluhan psikosomatik sebaiknya dikaji dengan pendekatan pendekatan biopsikososial. Dalam praktik sehari-hari, keluhan tersebut dapat diatasi dengan kemampuan komunikasi yang baik dari dokter yang merawat. Rasa tertarik dokter terhadap keluhan pasien, empati, dan apresiasi terhadap pasien, serta mem-berikan kepastian pengobatan sering membuat pasien dengan keluhan psikosomatik menjadi lebih baik. Sayangnya hal itu seringkali tidak dilakukan dengan baik dan menye-babkan pasien berpindah pindah dokter untuk mencari jawaban akan keluhannya. Pasien seperti itu sering dikenal dengan sebutan “pasien sulit” yang sering menimbulkan rasa frustasi pada pasien dan juga dokter .
4.      Penyakit Stroke
Stroke adalah serangan otak yang timbulnya mendadak akibat tersumbat atau pecahnya pembuluh darah otak. Dengan kata lain penyakit stroke ini merupakan penyakit pembuluh darah otak (serebrovaskuler) yang ditandai dengan kematian jaringan otak (infark serebral) hal ini disebabkan karenakan adanya penyumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah menuju otak sehingga pasokan darah dan oksigen ke otak berkurang dan menimbulkan serangkaian reaksi biokimia yang akan merusakkan atau mematikan sel-sel saraf otak.
Tanda-tanda utama serangan stroke :
a.       Rasa bebal atau mati mendadak atau kehilangan rasa dan lemas pada muka, tangan atau kaki, terutama pada satu bagian tubuh saja
b.      Rasa bingung yang mendadak, sulit bicara atau sulit mengerti
c.       Satu mata atau kedua matamendadak kabur
d.      Mendadak sukar berjalan, terhuyung dan kehilangan keseimbangan
e.       Mendadak merasa pusing dan sakit kepala tanpa diketahui sebab musababnya
Selain itu harus dijelaskan pula kemungkinan munculnya tanda-tanda ikutan lain yang bisa timbul dan atau harus diwaspadai, yaitu;
a.       Rasa mual, panas dan sangat sering muntah-muntah
b.      Rasa pingsan mendadak, atau merasa hilang kesadaran secara mendadak


 
B.     PENYAKIT MENULAR
1.    Penyakit Influenza
Biasa juga disebut flu. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang menyerang saluran pernafasan. Penyakit ini termasuk jenis penyakit yang cepat sekali menular. Gejala dari penyakit influenza ini adalah: menggigil, demam, sakit kepala, nyeri otot punggung, tubuh terasa lemas, lelah, berkeringat, kerongkongan terasa sakit, batuk – batuk, hidung berair, serta suhu tubuh meninggi. Cara mengobati penyakit influenza adalah dengan cara mengkonsumsi air putih sebanyak – banyaknya dan istirahat yang cukup.
Gejala dari penyakit demam berdarah ini diantaranya adalah: demam secara tiba – tiba, sakit kepala berat, sakit pada sendi dan otot, serta timbul bintik – bintik merah pada kulit. Pencegahan dari penyakit demam berdarah ini dapat dilakukan dengan cara penyemprotan nyamuk di lingkungan rumah dan masyarakat, membersihkan saluran air, menutup tempat penyimpanan air, membersihkan dan mengurasbak mandi, serta mengubur barang – barang bekas yang sudah tidak dipakai
2.    Penyakit Demam Berdarah (DBD)
Gejala dari penyakit demam berdarah ini diantaranya adala demam secara tiba – tiba, sakit kepala berat, sakit pada sendi dan otot, serta timbul bintik – bintik merah pada kulit. Pencegahan dari penyakit demam berdarah ini bisa dilakukan dengan cara :
a.       penyemprotan nyamuk di lingkungan rumah dan masyarakat,
b.      membersihkan saluran air, menutup tempat penyimpanan air,
c.       membersihkan dan mengurasbak mandi,
d.      serta mengubur barang – barang bekas yang sudah tidak dipakai
3.      Penyakit Diare
Diare merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus. Orang yang terkena diare akan mengalami sering buang air besar dengan tekstur faces yang encer. Diare berat bila tidak ditangani dengan benar dapat menyebabkan dehidrasi serta bisa juga menyebabkan kematian.
Penyakit diare bisa disebabkan oleh gejala luka, alergi zat tertentu, penyakit dari makanan, kelebihan mengkonsumsi vitamin C. Penyakit diare dapat diobati dengan cara mengkonsumsi cairan yang banyak terutama oralit sehingga bisa mengganti jumlah cairan yang keluar melalui buang air besar.
4.      Penyakit Tuberkulosis (TB/TBC)
TBC disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang semua bagian tubuh tapi yang terbanyak adalah paru-paru. Orang yang terkena TB bisa menularkan ke orang lain melalui sistem pernapasan. Penyakit TBC kini makin sulit disembuhkan sesudah ditemukannya virus yang bermutasi XDR-TB yang kebal terhadap obat-obat yang ada saat ini
5.      Penyakit Cacar
Cacar air yang disebabkan virus Varicella Zoster ini bersifat menular. Pada kulit penderita akan ditemukan sekumpulan bintik-bintik kecil, bersisi cairan, atau keropeng. Bintik-bintik tersebut membuat penderita merasa gatal. Efek jangka panjangnya adalah cacat pada kulit, infertilitas, dan kadang-kadang kebutaan. Gejala lainnya seperti demam, sakit kepala, nyeri tubuh dan ruam.



C.     FAKTOR PENDEKATAN BIOPSIKOSOSIAL PEMICU PENYAKIT MENULAR ATAUPUN TIDAK MENULAR
Konsep pendekatan biopsikososial memberikan suatu gambaran yang menyeluruh tentang munculnya suatu kondisi sakit yang dihubungkan dengan faktor lingkungan dan stres yang terkait di dalamnya. Kondisi lingkungan, dalam hal ini dukungan sosial, dapat juga memberikan perbaikan kondisi.
1.      Hubungan pendekatan biopsikososial dengan penyakit tidak menular
Pendekatan model pendekatan biopsikososial dalam dunia medis ini melibatkan suatu konsep hubungan interaksi antara faktor biologis, psikologis dan sosial dalam upaya mengerti suatu proses penyakit dan sakitnya seseorang. Pendekatan ini pula yang membawa pengertian bukan saja dari segi medis fisik, tetapi juga dari kondisi psikologis yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Hubungan pendekatan biopsikososial dengan penyakit tidak menular dapat dilihat beberapa garis hubungannya dengan satu contoh penyakit yaitu kanker serviks.
Kanker serviks sampai saat ini merupakan salah satu penyebab kematian kaum wanita yang cukup tinggi, baik di negara-negara maju maupun Negara berkembang seperti Indonesia. Setiap tahun ditemukan kurang lebih 500.000 kasus baru kanker serviks dan tiga perempatnya terjadi di negara yang berkembang. Data yang berhasil dihimpun oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan, bahwa angka kejadian kanker di Indonesia sampai saat ini diperkirakan setiap tahun muncul sekitar 200.000 kasus baru dimana jenis terbesar dari kanker tersebut adalah kanker serviks (Susanto,1998).
Masalah yang terjadi pada klien dengan kanker serviks sangat kompleks, menyangkut aspek bio-psiko-sosial dan spiritual Apabila masalah itu terjadi seumur hidup, maka dapat menyebabkan rendahnya kualitas kehidupan klien dengan kanker serviks Konsep pendekatan biopsikososial memungkinkan suatu pemahaman yang menyeluruh tentang munculnya suatu kondisi sakit yang dihubungkan dengan faktor lingkungan dan stres yang terkait di dalamnya. Sebaliknya, kondisi lingkungan dalam hal ini dukungan sosial dalam konsep pendekatan biopsikososial dapat membe-rikan perubahan pada kondisi sakit.
Biologis dengan menggunakan obat, psikologis dengan menggunakan psikoterapi, sosial dengan menggunakan dukungan dan modifikasi sosial.

REAKSI DAN PENDEKATAN BIOLOGIS
Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada serviks, di mana pada keadaan ini terdapat kelompok sel abnormal yang oleh sel-sel jaringan yang tumbuh secara terus menerus dan tidak terbatas, tidak terkoordinasi dan tidak berguna bagi tubuh sehingga jaringan sekitarnya tidak melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya.
Keadaan fisik Yang  paling umum dialami oleh klien dengan kanker diantaranya pengrusakan organ tubuh, nyeri, penurunan berat badan, bau cairan cervik yang menyengat,.. dan Pada klien kanker serviks yang menjalani kemoterapi dapat terjadi efek samping yang ditimbulkan secara fisik seperti leukopenia, anemia, stomatitis, malaise, mual dan muntah, diare, lesu, lemas, perubahan kulit dan kerontokan rambut (Young dalam Novak, 1995).
Adanya efek samping seperti tersebut ditambah dengan nyeri hebat akibat proses keganasan yang khas terjadi pada kanker serviks stadium lanjut akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan dasar manusia sehingga dapat terjadi gangguan seperti: perubahan nutrisi, perubahan kenyamanan, kerusakan mobilitas fisik, resiko terhadap cedera, kurang perawatan diri dan intoleransi aktivitas (Carpenito, 1997).
Sedangkan pengangkatan seluruh atau sebagian rahim akan memberi banyak pengaruh terhadap fungsi reproduksi klien. Jika dilihat dari gejala klinik kanker serviks pada stadium lanjut seperti keputihan yang gatal dan berbau busuk, pendarahan kontak, pendarahan spontan dan nyeri yang hebat, maka penyakit ini sudah sejak lama dikaitkan dengan gangguan fungsi seksual yang merupakan ciri khas dari penyakit kanker ginekologis ini.
Perubahan-perubahan sistem dan fungsi tubuh yang terjadi pada klien kanker serviks stadium lanjut akan menyebabkan pula perubahan-perubahan pada penampilan, status dan peran, mobilitas fisik, aktivitas dan pekerjaan sehari-hari yang pada akhirnya mempengaruhi kehidupan klien sehari-hari dalam berhubungan dengan orang lain karena terdapat perbedaan antara kondisi sehat dengan kondisi sakit khususnya dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia, di mana dalam kondisi sakit memerlukan bantuan orang lain.
Dampak fisik yang sedemikian kompleksnya dapat menjadi pemicu munculnya kondisi yang menekan atau stres pada diri klien. Dengan demikian, penanganan secara fisik (misalnya melalui terapi medis) dan psikologis (misalnya penanganan stres) sangat baik dilakukan pada masa dini, karena melalui penanganan tersebut diharapkan klien akan cepat merasa tenang, terlepas dari kondisi stres dan perasaan tertekan, sehingga dengan demikian diharapkan klien dapat memperoleh prognosis yang lebih positif.

REAKSI DAN PENDEKATAN PSIKOLOGIS
Klien dengan diagnosis kanker akan mengalami keadaan psikologis akibat perubahan perubahan yang terjadi pada fisiknya seperti cairan bau ,gangguan seksual / reproduksinya,dan lain sebagainya akan berdampak pada reaksi psikologis terhadap diagnosis kanker yang harus dihadapinya adalah berupa rangkaian terapi atau pengobatan yang dijalani klien dan “kondisi fisiknya yang baru”.
Klien akan  mengalami beberapa keadaan Psikologik tersebut seperti :
1.      Shock atau kaget,pada saat menerima kabar berita tentang diagnosis penyakitnya dari hasil pemeriksaan dokter atau rumah sakit.
2.      Denial atau penolakan,klien merasa tidak percaya akan penyakit yang dideritanya dan dia masih menyalahkan hasil pemeriksaan
3.      Marah,berusaha menolak keadaan sakitnya dan selalu menyesali mengapa hal ini terjadi pada dirinya
4.      Kecemasan dan ketakutan dengan adanya pengrusakan,nyeri,penurunan Berat badan penipisan finansial, dan sebagainya
5.      Depresi dan merasa kesepian,
6.      Merasa tidak berdaya dan putus asa,klien merasa tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai seorang isteri dan ibu,ini kaitannya dengan keadaan sosial pasien.
7.      Malu karena bau   
Mereka memerlukan orang yang terdekat untuk mengekspresikan perasaan dan pemikirannya Pada saat stres, individu akan mencari dukungan dari keyakinan agamanya. Dukungan ini sangat diperlukan untuk dapat menerima keadaan sakit yang dialami, khususnya jika penyakit yang memerlukan proses penyembuhan yang lama dengan hasil yang belum pasti. Sembahyang atau berdoa, membaca kitab suci dan praktek keagamaan lainnya membantu memenuhi kebutuhan spiritual dan mendapatkan kekuatan untuk bertahan hidup.
Apabila klien tidak dapat menyeimbangkan keadaan psikologi ini maka akan berpengaruh pada keadaan biologis atau fisiknya,keadaan psikologis yang buruk akan memperberat keadaan/prognosis dan proses penyembuhan penyakitnya

REAKSI DAN PENDEKATAN SOSIAL
 Kondisi-kondisi seperti di atas tentu berdampak pada relasi sosial klien dan ini akan berlangsung secara terus menerus bahkan  terjadi perubahan dalam kehidupan sosial klien. Perubahan ini bisa berupa perubahan status sosial karena kehilangan pekerjaan dari tempat kerja klien dan atau perubahan peran dan tugas di rumah karena klien sudah tidak mampu baik sebagai seorang isteri yang melayani fungsi seksual kepada suaminya atau fungsinya kepada keluarga karena ketidak berdayaan penyakitnya dimana pasien tidak boleh bekerja keras dan harus istirahat,dia mengalami gangguan interksi sosial akibat keadaannya,klien lebih cendrung menarik diri dan menyendiri.
Klien juga  Merasa Tidak Mampu dan Tidak Sempurna dalam Melakukan Ibadah,kegiatan organisasi atau kegiatan lain yang pernah dilakukannya sebelum klien menderita kanker.
Keadaan psikologis seperti marah, tersingggung atau depresi akan membuat interaksi sosial nya semakin tidak baik,klien selalu merasa minder dengan keadaanya sehingga dia menarik diri dari interkasi dengan orang lain.
Peran orang orang terdekat sangatlah bermanfaat sehingga klien tetap berinteraksi dengan keadaan sekitarnya,orang orang terdekat tersebut haruslah sabar dan senantiasa tidak menjauh dari klien,karena jika klien dapat bertahan dalam interaksi sosialnya yang baik ini akan mempengaruhi pula keadaan psikologisnya.keadaan keadaan psikologis sedikit demi sedikit akan terkikis dan klien akan merasakan kedamaian dan ketenangan,sehingga pada akhirnya akan berdampak pula pada proses fisiologik atau biologis yaitu penyembuhan penyakitnya.
8.      Hubungan pendekatan biopsikososial dengan penyakit menular
Penyakit menular merupakan penyakit yang disebabkan oleh agen biologi penyebab penyakit, bukan disebabkan oleh faktor kimia maupun fisik. Agen biologi atau mikroorganisme penyebab penyakit menular dikelompokkan menjadi virus, ricketsia, bakteri, jamur, protozoa, serta cacing.
Hubungan pendekatan biopsikososial dengan penyakit menular dapat dilihat pada contoh penyakit dibawah yaitu penyakit flu burung (virus H5N1).
REAKSI DAN PENDEKATAN BIOLOGIS
Penyakit dimulai dari infeksi virus pada sel epitel saluran napas. Virus ini kemudian bereplikasi sangat cepat hingga menyebabkan lisis sel epitel & terjadi deskuamasi lapisan epitel saluran napas.Pada tahap infeksi awal, respons imun innate akan menghambat replikasi virus. Apabila kemudian terjadi re-eksposure, respons imun adaptif yang bersifat antigen spesific mengembangkan memori imunologis yang akan memberikan respons yang lebih cepat. Replikasi virus akan merangsang pembentukan sitokinin termasuk IL-1, IL-6 dan TNF-Alfa yang kemudian masuk ke sirkulasi sistemik & pada gilirannya menyebabkan gejala sistemik seperti demam, malaise, myalgia dll. Pada keadaan tertentu seperti kondisi sistem imun yang menurun virus dapat lolos masuk sirkulasi darah & ke organ tubuh lain. Bila strain/subtipe virus baru yang menginfeksi maka situasi akan berbeda. Imunitas terhadap virus subtipe baru yang sama sekali belum terbentuk dapat menyebabkan keadaan klinis yang lebih berat. Sistem imunitas belum memiliki immunological memory terhadap virus baru. Apalagi bila virus subtipe baru ini memiliki tingkat virulensi atau patogenisitas yang sangat tinggi seperti virus H5N1. Tipe virus yang berbeda akan menyebabkan respons imun & gejala klinis yang mungkin berbeda. Diketahui bahwa pada infeksi oleh virus influenza A H5N1 terjadi pembentukan sitokin yang berlebihan (cytokine storm) untuk menekan replikasi virus, tetapi justru hal ini yang menyebabkan kerusakan jaringan paru yang luas & berat. Terjadi pneumonia virus berupa pneumonitis intertitial. Proses berlanjut dengan terjadinya eksudasi & edema intraalveolar, mobilisasi sel sel radang dan juga eritrosit dari kapiler sekitar, pembentukan membran hyalin dan juga fibroblast. Sel radang akan memproduksi banyak sel mediator peradangan. Secara klinis keadaan ini dikenal dengan ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome). Difusi oksigen terganggu, terjadi hipoksia/anoksia yang dapat merusak organ lain. Proses ini biasanya terjadi secara cepat & penderita dapat meninggal dalam waktu singkat karena proses yang ireversibel.
(Emedicine,2009)
REAKSI DAN PENDEKATAN PSIKOLOGIS
       Psikososial yang dialami seseorang dalam penyakit-penyakit yang kadang memiliki persentasi kesembuhan kecil akan memiliki tekanan-tekanan psikologis yang sama dan hal ini memang wajar jika dialami oleh pasien, mengingat kondisi pasien jika memiliki penyakit yang berkadar akut atau kronis
1.      Shock atau kaget,pada saat menerima kabar berita tentang diagnosis penyakitnya dari hasil pemeriksaan dokter atau rumah sakit.
2.      Denial atau penolakan,klien merasa tidak percaya akan penyakit yang dideritanya dan dia masih menyalahkan hasil pemeriksaan
3.      Marah,berusaha menolak keadaan sakitnya dan selalu menyesali mengapa hal ini terjadi pada dirinya
4.      Kecemasan dan ketakutan dengan adanya pengrusakan,nyeri,penurunan Berat badan penipisan finansial, dan sebagainya
5.      Depresi dan merasa kesepian,
6.      Merasa tidak berdaya dan putus asa,klien merasa tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai seorang isteri dan ibu,ini kaitannya dengan keadaan sosial pasien.

REAKSI DAN PENDEKATAN SOSIAL
     Penyakit flu burung bisa terjadi karena interaksi sosial atau individu dengan individu, benda atau makhluk lain.
a.       Melalui binatang yaitu kontak langsung dengan unggas atau binatang lain yang sakit atau produk unggas yang sakit.
b.      Melalui lingkungan yaitu melalui udara atau peralatan yang tercemar virus tersebut baik yang berasal dari tinja atau sekret unggas yang terserang Flu Burung.
c.       Melalui manusia sifatnya sangat terbatas dan tidak efisien (ditemukannya beberapa kasus dalam kelompok / cluster).
d.      Melalui makanan yaitu akibat mengkonsumsi produk unggas mentah atau yang tidak dimasak dengan sempurna di wilayah yang dicurigai atau dipastikan terdapat hewan atau manusia yang terinfeksi H5N1 dalam satu bulan terakhir.
(Tamher & Noorkasiani. 2008)
                        Namun, reaksi dan pendekatan sosial ini atau dapat dikatakan pendekatan sosial untuk membantu kesembuhan penyakit atau hanya dalam kadarnya sebagai memberi dukungan kepada si penderita penyakit agar tidak tertekan secara psikologisnya,  sehingga ia masih mampu berinteraksi dengan orang lain dengan kepercayaan dirinya atau mampu merasakan kesehatan secara batin yang bisa saja memiliki efek positif bagi kesembuhan penyakit itu. Karena ada seorang pemateri dalam sebuah seminar antropologi pernah mengatakan, gen kesembuhan dimiliki setiap orang sejak mereka lahir, namun gen itu sendiri hanya bisa berfungsi jika seseorang mampu “Percaya pada kesembuhan penyakitnya”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar